"Hai...ApaKabar?"Send...
Terkirim begitu saja melewati dunia maya. Berawal dari iseng yang berubah menjadi kisah indah yang singkat. Sesingkat musim panas di negri salju. Tepatnya sebulan yang lalu kisah indah itu berawal , Juli menyapa teman dekatnya semasa sekolah dibangku SMA. Menurut kabar yang beredar di antara teman-temannya, teman dekatnya berada nun jauh di mana
Jefri sangat berkesan di hati Juli, dengan sadar dia menyadari dan meyakini sebuah rasa di dalam dadanya yang terus melonjak tiap kali adu argument terjadi, apa lagi tatapan mata Jefri yang selalu menenangkannya dan membuatnya terdiam seketika. Sayangnya semua rasayang ada itu hanya begitu saja terpendam tanpa pernah terungkap dan terucap. Begitulah Juli dan rasanya yang kita sebut cinta.
***
Untaian kata singkat yang berubah menjadi pertemuan singkat paling berkesan begitu kira-kira, karena tanpa disangka Jefri sedang berada di tanah air untuk menikmati liburan musim panasnya. Hati Juli kembali melonjak merasakan gejolak yang dulu pernah ada. Kembali terkenang seperti ada slide-slide film yang terus berganti tergambar jelas dibenaknya. Hanya ada masa itu, hanya Jefri yang ada di benaknya, walau tetap ada di sudut terjepit dan tersamar bayangan sosok Romi. Buat sementara Romi tersisih di sudut hati.
Sambil menanti waktu yang sudah ditetapkan Juli terus saja mengisi benaknya dengan semua kenangan indah tentang Jefri. Bagaimana harinya penuh canda dan tawa walau sering kali semua perbuatan dan perkataan Juli sering disanggah dan dipatahkan Jefri hanya untuk menggodanya. Jefri selalu suka muka juli yang kemerahan saat menahan kesal karna tidak bisa membalas dan Juli selalu terdiam saat Jefri menatapnya hanya hening dan diam seketika meredam kesalnya.
Kenangan saat prom night juga tidak luput dari ingatannya. Tidak begitu indah mulanya karena Juli harus kembali menahan rasanya. Seperti yang sudah direncanakan Juli,rencananya ia ingin mengungkapkan semua rasa waktu prom night. Menurutnya prom night adalah saat yang tepat walau ia tak begitu yakin bisa mengatakannya bila Jefri terus menggoda dengan tatapan matanya.Tapi rencana tinggal rencana Juli kecewa karena bukan Jefri orang pertama yangmengajaknya ke prom night justru sahabat baik Jefri, Fredy yang mengajaknya dan dengan terpaksa Juli menerima ajakan Fredy karena Jefri sudah terlebih dulu mengajak Atika sebelum Juli sempat mengajaknya.
Tanpa sengaja saat di area parkir Jefri menyapa dan meminta Juli untuk merapikan dasi serta mengancingkan jasnya. Jefri agak susah berdandan rapi tapi malam ini ia mau tidak mau harus melakukannya, inikan prom night. Buat Juli ini hal biasa yang sering ia lakukan, seperti biasa Jefri suka sekali minta tolong dibuatkan dasi saat menggunakan seragam osis tapi kali ini sangat berbeda. Kali ini begitu berkesan karena mereka berada dalam jarak yang begitu dekat dan Jefri masih tetap sama, masih saja menggoda Juli dengan tatapan mata yang selalu meluluh lantakkan hati Juli. Sempat terbersit pikiran untuk mengungkapkan semua rasa karena momennya sangat tepat pikir Juli tapi apa daya tatapan mata Jefri hampirmembuat Juli mati berdiri saat itu juga. Walau setelah itu tidak pernah ada kata perpisahan tetap saling memberi kabar dan Juli terlalu sibuk mempersiapkan kepindahannya untuk melanjutkan kuliah di kota pelajar sampai tidak mendengar keberangkatan Jefri ke seberang benua.
***
Bunyi klakson Harrier hitam Jefri membuyarkan lamunan Juli, dengan segera ia bergegas menuju ke gerbang dan menghampiri teman dekatnya yang sangat ia rindukan. Saat ini Juli sedang menikmati liburan semesternya dan Jefri kebetulan juga sedangmenikmati liburan musim panasnya. Tujuan mereka kali ini adalah tempat makan di selatan Jakarta. Jefri mengajak Juli menikmati dim sum kesukaan mereka berduasambil mengobrol.
"Lo pulangke Indo tiap berapa lama sih?" tanya Juli memulai pembicaraan.Mendengar jawaban Jefri, Juli rasanya ingin menangis dalam hati. Jika benar Jefri tahun depan tidak akan pulang artinya tidak ada kesempatan lagi ia bertemu dengan Jefri dan lagi-lagi ia harus menahan rasa yang ada bila tidak menggunakan kesempatan kali ini dengan baik. Juli memutuskan untuk menenangkan hatinya dan sebisa mungkin menikmati waktu yang sedang dia habiskan dengan Jefri sekarang. Setelahnya mereka jalan-jalan dan berkeliling di sebuah mall di daerah Pondok Indah dan Jefri mentraktir Juli untuk makan di Red Mango agar bisa lebih lamaberbincang-bincang. Hari itu adalah hari yang paling bahagia buat Juli karena akhirnya dia bisa berjumpa dan menghabiskan waktu hampir seharian degan orang yang sangat dia rindukan.
"Satu tahunsekali, tapi tahun depan gw ga pulang?" jawab Jefri sambil menikmati dim sum.
"Hah??Kenapa?" tanya Juli heran.
"Tahun inigw pulang lama banget, tahun depan gw mo ambil summer class." Jawab Jefrisantai.
"Ooooooooooooo..."gumam Juli lirih.
Saatnya pulang berat sekali dirasa oleh Juli. Ini mungkin jadi pertemuan terakhir dirinya dengan Jefri ,tahun depan Jefri tidak akan pulang untuk liburan musim panasnya. Saat itu ingin rasanya Juli memeluk Jefri dan memohon agar ia bisa kembali lagi liburan musim panas tahun depan dan Juli berjanji untuk menunggunya tapi apa daya lagi-lagi Juli hanya bisa menahannya di hati saja. Jefri mengantarkan Juli pulang dan mereka hanya bersalaman sebagai tanda perpisahan. Musnah sudah harapan Juli.
***
Setelah pertemuan dengan Jefri kemarin Juli merasakan kegalauan di hatinya. Malam-malamnya tak setenang sebelum pertemuan itu terjadi. Banyak tanya berkecambuk dibenaknya. Mengapa tak ia katakana saja tentang perasaannya waktu kemarin? Mengapa ia begitu takut dan mudah sekali terhanyut dalam setiap tatapan mata Jefri? Semua tanya terus menggema memenuhi pikirannya. Sebuah ketakutan yang sedang mencoba merasuki seluruh jiwa Juli. Bukan saja ketakutan untuk mengutarakan perasaanya, lebih dari itu. Ketakutan akan kehilangan Jefri sekali lagi dalam hidupnya. Ia takut Jefri tidak memiliki rasa yang sama seperti dirinya dan akan benar-benar pergi untuk menghindar karena tidak merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan. Semua ketakutan itu menambah kegalauan yang ada.
***
Hingga akhirnya datang sebuah pesan dari black berry messengernya. Ia berharap itu dari Jefri tapi nyatanya bukan Jefri melainkan Fredy sahabat Jefri.
Lo lagi di Jakarta kan? Kumpul nyok ada Jefri lagi balik tu anak.
Begitu bunyi pesan yang datang dari Fredy. Senyum bahagia segera merekah di bibir manis Juli dan dengan segera iya mengiyakan ajakan Fredy. Setelah sepakat mereka akan kumpul di Cyan sebuah warnet di depan sekolah mereka saat SMA masih di selatan Jakarta.
Juli memutuskan untuk berjalan kaki siang itu, seperti dulu bila papanya tidak sempat mengantarkannya ke sekolah. Terkadang Juli juga naik bajaj bila tidak ingin berjalan kaki. Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh walau lumayan juga bila berjalan kaki. Sesampainya di depan Cyan, Juli melihat Jefri sudah menunggu dengan ditemani sebatang rokok rupanya Fredy belum datang.
"Hai Jef,udah lama nunggunya?" Sapa Juli hangat.
"Sorry gw lama, tadi gw jalan soalnya. Eh mana si Fredy belum dateng tu anak?" Lanjut Juli.
"Santai aja lagi gw juga baru kok di sini. Si Fredy belom nongol juga, mana hpnya ga aktif." Jawab Jefri santai.
"Tadi lo bilang jalan kaki ke mari ya....Kenapa biar langsing atau takut bawa mobil di Jakarta?" Ledek Jefri.
"Iye biar langsing puas lo....Bukan gitu , sim gw ketinggalan di Jogja. Sempet kepikiran naik bajaj, kaga jauh dari rumah tapi tadi lagi pengen jalan kaki aja. Kangen gw sama daerah sekitar sekolah." Jawab Juli.
Mereka berdua larut dalam obrolan hangat penuh canda tawa, sesekali Jefri meledek dan menggoda Juli dengan menyanggah semua perkataan Juli dan Juli pun terpancing. Fredy yang ditunggu tak kunjung datang, tanpa ada kabar yang jelas darinya hand phonenya masih tetap tidak aktif. Jefri masih setia dengan rokoknya dan Juli yang sebenarnya sedang bergejolak dengan hatinya. Juli sedang berusaha menguatkan dirinya untuk tidak takut mengungkapkan semua rasa yang ada. Mungkin sekarang waktu yang tepat pikir Juli saat itu, hanya ada mereka berdua dan kapan lagi ada kesempatan seperti ini, tahun depan Jefri tidak akan kembali untuk liburan musim panas seperti saat ini.
Saat Juli sudah hampir memiliki kekuatan untuk menyatakan perasaannya tak disangka datang lah Gio. Gio adalah teman SMA mereka berdua. Saat SMA Juli bersekolah disebuah SMA swasta favorit di selatan Jakarta. Teman seangkatan Juli ada yang menjadi pemain sinetron, beberapa waktu lalu berulang tahun dan juga bertunangan dengan kekasihnya seorang vj MTV. Walau pasangan selebriti itu tidak mau disebut bertunangan, hanya pertemuan antara dua keluarga begitu mereka menyebutnya.
***
Kembali ke Juli, Jefri , dan Gio. Gio yang tidak sengaja datang saat itu untuk berinternet di Cyan malah bertemu dua orang teman semasa SMAnya. Karena jarang bertemu ketiganya mengobrol hingga lupa waktu. Tak terasa sudah hampir delapan jam kira-kira meraka di sana. terhitung dari jam 2 siang hingga jam 10 malam. Begitu banyak yang ingin diceritakan saat bertemu tema lama yang jarang sekali bertemu bukan?
Setelah saling mengucapkan salam perpisahan mereka pulang ke rumah masing-masing. Juli diantar Jefri pulang ke rumah. Namun ternyata malam itu jalanan seperti mengerti apa yang sedang dirasakan Juli. Jalanan macet total karena malam ini menjelang akhir pekan. Cukup lama mereka terjebak kemacetan malam itu dan cukup membuat Juli bahagia karena bisa sedikit lebih lama bersama Jefri. Di antara kemacetan malam itu Juli kembali merasakan gejolak jiwanya untuk mengutarakan perasaannya. Juli terdiam dalam lamunan sampai Jefri akhirnya mencoba memecahkan lamunannya.
"Lo tahu ga apa yang kadang bikin gw kangen dari Jakarta?" Tanya Jefri memecahkan lamunanJuli.
"Kaga mungkin gw kan...hahhaa. Emank apaan?" Jawab Juli sambil mencoba santai.
"Udah pastinya bukan lo lah. Lo tahu ga kadang macetnya Jakarta bikin gw kangen. Jarang ada yang beginian di Amrik." Jawab Jefri.
"Lo bener banget! Di Jogja juga mana ada macet yang begini dang gw ga pernah kangen sama macet yang lo kangenin itu." Jawab Juli masih mencoba santai.
"Di Jogja kalaupun ada macet paling juga gara-gara lo lewat. Lo kan ga da bedanya sama Sikomo.Hahahha.."Ledek Jefri.
"Ih apaan sih lo...sama-samain gw sama Sikomo. Sebel deh!" jawab Juli sedikit gemas.
Seperti itulah Jefri selalu menggoda Juli di setiap kesempatan dan Juli selalu saja terpancing dan kesal. Saat sedang beradu argument tanpa sengaja kedua mata mereka saling memandang dan seperti biasa juga Juli hanya bisa terdiam. Seketika saja Juli memutuskan untuk menguburkan niatnya menyatakan perasaanya, dia memutuskan untuk tidak kehilangan saat seperti ini bersama Jefri.
Juli hanya berkata dalam hatinya. "Thx God macetnya parah..."
***
Juli kembali ke rutinitasnya, kembali ke kehidupan yang lebih nyata. Kehidupan di mana ada jadwal kuliah yang padat dengan praktikum dan laporan yang harus dikerjakan tiap minggu serta tentunya kehidupan asmaranya yang sudah bejalan cukup lama bersama Romi kekasihnya. Juli kembali ke kota Gudek setelah liburan semesternya usai tepatnya dua hari setelah pertemuan terakhir dengan Jefri. Juli selalu berharap semoga pertekuan itu bukan benar-benar yang terakhir. Buat Juli apa yang ia alami kemarin bersama Jefri adalah sebuah mimpi. Mimpi indah yang begitu singkat namun sangat berkesan. Mimpi yang mendadak mengubah dirinya menjadi seperti bukan dirinya yang biasanya, walau semua itu nyata adanya.
Jefri masih berada di ibu kota menghabiskan sisa liburan musim panasnya yang juga akan segera berakhir dan ini sangat mengganggu Juli. Juli semakin galau dan gelisah sejak pertemuan itu. Baginya pertemuan itu membangkitkan semua rasa yang selama ini terpendam dan terlupakan. Rasa yang seperti mati suri dan hidup kembali setelah Jefri hadir kembali. Hanya Jefri yang menghiasi pikirannya sekarang. Malamnya dihiasi mimpi-mimpi tentang Jefri. Nafsu makannya pun mendadak hilang. Hanya Jefri yang ia butuhkan. Jefri, Jefri, dan Jefri. Cuma Jefri yang saat ini yang bisa membuatnya tenang dan nyaman.
Sampai suatu malam Juli mendapatkan sebuah pesan yang menyadarkannya dari semua kegilaan yang ia rasakan akhir-akhir ini. Layar laptopnya menampilkan pesan dari seseorang yang menanti dan merindukannya di suatu tempat. Pesan itu dari Romi kekasihnya.
Romi: "Do you still love me?"
Juli kanget sekaget kagetnya saat membaca pesan itu. Apa Romi tahu tentang Jefri? Pertanyaan itu segera muncul di pikirannya tapi segera ia sadari hal itu mustahil terjadi. Mereka berdua tidak saling mengenal dan lagi belum ada seorangpun yang tahu tentang perasaannya terhadap Jefri. Tak ingin Romi menunggu, Juli pun segera membalas pesan itu walau masih dengan perasaan kaget.
Juli: "Sure..I do. I still loving you and I'll always do.. Kok tumben tanya gitu?"
Romi: "Ga apa-apa, pengen tanya aja..Perasaanku ga enak akhir-akhir ini. Kita makin jauh..Aku sering mimpi buruk tentang
buhungan kita."
Juli: "Kamu kangen ya sama aku?"
Romi: "I miss you so bad."
Juli: "I miss you too."
Ya Tuhan....Apa yang sedang terjadi??? Juli semakin bingung dan galau. Ada rasa bersalah berkecambuk di hatinya. Dia sedang membohongi kekasihnya sendiri. Kekasih yang beberapa minggu lalu masih sangat dicintainya dan kini Juli pun tak tahu bagaimana perasaannya terhadap Romi. Romi seperti merasakan keraguan yang sedang menghantui Juli dan apa yang dimimpikan Romi bisa saja benar-benar terjadi. Semua itu karena perasaan Juli terhadap Jefri. Jefri kini berada di antara hubungan mereka berdua. Bukan karena Jefri sendiri yang ingin berada di sana tapi karena Juli yang membawanya masuk.
Loving / be Loved you
Why I can't have both by one person?
Am I toobad to be loved by someone I love the most?
Should I give up to get Jefri's love?
Should I stay with someone whom love me so bad?
***
Juli memutuskan untuk mencari pertolongan, ia membutuhkan tempat untuk berbagi semua yang dirasakannya kini. Paling tidak tempat untuk mendengarkan semua kegalauandan rasa bersalahnya tapi kali ini jelas sekali bukan Romi yang tepat. Harus seseorang yang benar-benar netral menurutnya. Orang itu adalah Erman sahabat Juli di kampus yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri. Juli sering curhat setiap kali ia sedang membutuhkan tempat berbagi selain Romi tentunya dan Erman selalu setia mendengarkan semua cerita Juli. Juli pun segera menghubungi Erman.Terdengar nada panggil dan tak berapa lama terdengar suara Erman.
"Hallo Juli..."Jawab Erman.
"Man, gw pengen ketemuan. Lo punya waktu senggang ga?" Tanya Juli tanpa basa basi.
"Ya ampun lo nih...di kampus aja kenapa?" Jawab Erman.
"Jangan dikampus. Gw mau ngomong penting." Jawab Juli.
"Ada masalah apa..penting banget keliatannya?" Tanya Erman penasaran.
"Nanti aja kalo ketemu gw certain. Gw pengen curhat." Jawab Juli
"Nanti malam jam 7 sekalian ngopi gimana?" Balas Erman.
"Ok...jam 7 malem lo jemput gw ...kaga pake ketiduran ya penting nih." Seru Juli.
Setelah membuat janji dengan Erman Juli agak sedikit lega. Setidaknya nanti malam bebannya bisa sedikit berkurang. Walaupun tidak menghilangkan kegalauannya tapi Erman biasanya menjadi pendengar setia yang baik dan juga terkadang memberikan saran-saran yang bisa diandalkan.
Malam harinya Juli sudah siap untuk pergi dengan Erman. Sesuai dengan waktu yang ditetapkan Erman datang menjemput Juli dan mereka segera menuju kedai kopi di salah satu mall di kota Gudek. Setelah memesan minuman mereka mulai berbincang-bincang.Juli menceritakan semua yang dialaminya selama liburan kemarin. Pertemuannya dengan Jefri, perasaannya terhadap Jefri yang terpendam sejak lama, dan kegalauan yang sedang menderanya serta tak lupa juga rasa bersalahnya terhadap Romi.
Erman hanya bisa mendengarkan cerita Juli. Juli bagaikan gunung berapi yang baru meletus tepatnya gunung berapi yang baru saja bisa meletus. Terlihat Juli sangat ingin didengarkan saat itu dan Erman baru kali ini melihat Juli yang sangat berbeda. Juli yang lebih bersemangat namun kebingungan dan sedikit ada rasa bersalah di matanya. Juli yang selama ini terlihat santai tidak ingin memusingkan apapun sangat jauh berbeda. Erman terdiam dan dia sadar betul kali ini Juli hanya ingin di dengarkan, bukan nasehat yang ingin didengarnya lagi pula Erman juga bingung harus berkata apa. Setelah cukup lama berbincang-bincang mereka memutuskan untuk pulang.
Saat diperjalanan pulang Juli tidak bisa lagi menahan kegalauannya walau sudah semua ia curahkan kepada Erman dan sabagai tandanya air mata Juli pun tumpah. Erman pun bingung bukan main di buatnya.
"Lo kok nangis Jul.... Aduh jangan nangis, gw bingung nih jadinya kalo lo nangis." Seru Erman panik.Juli hanyaterdiam.
"Gw bingung, gw ngerasa sendiri ngadepin ini semua, gw ga tahu harus gimana, dan gw ga bisa bohong sama perasaan gw kali ini." Juli berkata sambil terus menangis.
"Masih ada gw. Gw bakal ada buat dengerin lo. Gw bingung kalo lo nagis gini. Jangan nangisya." Erman memohon dan bingung.
"Gw harus gimana? Gw tersiksa sama semua ini." Tanya Juli sambil terisak.
"Lo harus....Lo harus bilang tentang perasaan lo sama dia sebelum dia balik ke Amrik." Jawab Jefri asal karena bingung.
"Lo bener Man...tapi gw ga bisa. Gw takut." Balas Juli masih menangis.
"Lo harus berani. Paling ga dia tahu perasaan lo yang sebenernya gimana. Lo harus nyoba bilang sama dia apa lagi lo bilang dia tahun depan kaga balik Indo lagi kan?"Erman terus menyemangati Juli.
"Udah ya...Lo jangan nangis lagi." Bujuk Erman yang baru kali ini melihat Juli menangis di depannya.
***
Ucapan Erman tadi malam terus teringat oleh Juli. Benar kata Erman, ia harus mengungkapkan semua perasaanya kepada Jefri. Tapi Juli masih bingung bagaimana caranya. Juli selalu saja tidak bisa mengatakannya tiap kali berhadapan langsung dengan Jefri, lagi pula saat ini dia tidak mungkin kembali ke ibu kota. Ada jadwal padat menantinya. Walau semua jadwal itu tetap saja tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Jefri.
Juli terus mencoba memikirkannya. Lagi pula sejak pertemuan terakhir ia belum pernah berhubungan lagi dengan Jefri. Bila Juli tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan semuanya bisa-bisa Jefri kaget mendengarnya. Juli semakin bingung. Dalam ke bingungannya tiba-tiba Juli mendapatkan pesan dari Jefri dan hal ini sangat membuatnya senang hingga ia ingin melompat rasanya. Jefri seperti tahu apa yang sedang dipikirkannya.
"Lo udah di Jogja ya..?"
Tanpa menunggu lama segera Juli balas pesan itu.
"Iya gw udah di Jogja. Sorry ga ngabarin lo."
Tak berapa lama datang balasan dari Jefri.
"Take care ya... Thank's udah nemenin gw jalan kemaren."
Seketika Juli pun berpikir untuk mengutarakan perasaanya apapun yang terjadi.
"Sama-sama Jef.. Gw kemaren seneng banget bisa ketemu lo lagi. Eh..ada yang mau gw omongin."
Juli sempat ragu. Namun sudah terlanjur pikirnya , lagi pula ini kesempatan yang bagus.
"Gw juga seneng banget kok kemaren. Lo mau ngomong apa, ngomong aja lagi."
Ada perasaan takut tapi entah dari mana kali ini ada perasaan yang kuat mendorong Juli mengalahkan rasa takutnya dan Juli pun menulis.
"I just want you to know that I Love You... Sorry to say but that's the truth."
Send
Juli merasakan seperti ada yang lepas dari pundaknya, hanya terasa ringan yang dirasa. Walau masih ada sedikit rasa takut. Cukup lama Juli menerima balasan dari Jefri dan balasan di terima.
"Maaf ya..."
Hanya itu isi balasan dari Jefri dan setelah itu tak ada balasan apapun lagi yang datang.
***
Siang itu Juli tanpa sengaja melihat foto-foto yang ada di handphonenya. Awalnya ia hanya iseng, sambil menunggu jadwal kuliah berikutnya ia mengutak-atik isi handphonenya. Ia menemukan foto saat pertemuannya dengan Jefri liburan kemarin. Waktu itu mereka memang sempat mengabadikan pertemuan itu dalam beberapa foto yang diambil dari kamera handphone masing-masing. Tanggal pengambilan foto itu tertulis 15 Juli 2010 yang artinya tepat satu bulan yang lalu pertemuan itu terjadi dan lima hari lagi tepat 20 Juli 2010 besok Jefri akan kembali ke negri paman Sam untuk melanjutkan kuliahnya.
Juli tentu saja teringat dengan pertemuan itu kembali. Ia masih bisa merasakan rasa yang ada waktu itu. Perasaan bahagia sekaligus nyaman yang begitu kuat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun segera saja ia buang jauh-jauh semua perasaan dan pikirannya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan dan mencoba menata kembali hatinya seperti sebelum Jefri datang kembali. Ia ingin dirinya kembali menjadi normal lagi tanpa perasaan dan kegalauan yang ia rasakan beberapa waktu belakangan ini. Apalagi setelah ia mampu menyatakan semua perasaannya kepada Jefri dan Jefri yang tidak bereksi apapun terhadapnya sesudah semua itu terjadi.
Juli sempat bingung dengan jawaban Jefri yang hanya menjawab dengan kata maaf tanpa ada penjelasan yang lebih lanjut darinya. Setelah itu semua Juli mencoba mengartikan kata maaf tersebut. Namun sia-sia,hanya ada kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu benar adanya. Jefri yang misterius, yang selalu membuat Juli bertanya-tanya sama seperti dulu. Begitulah siang itu Juli menguatkan dirinya saat melihat foto itu sambil sayup-sayup terdengar lagu dari Carolina Liar - I'm not over. Lagu itu mungkin dapat mewakili jeritan hatinya yang terdalam.
What a waste of time, the thought crossed my mind
But I never missed a beat
Can't explainthe who or what I was
Trying to believe
What would you do?
What would you do?
Do you know?
I once had a grip on everything
It feels better to let go...
***
Hari-hari Juli dilalui dengan usahanya menata hati dan mengembalikan keadaan dirinya menjadi normal kembali. Juli lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Romi. Mencoba mengembalikan gelora api cintanya yang sempat redup untuk Romi. Juli mencoba berpikir ulang tentang apa yang sudah ia miliki saat ini. Ia tersadar betapa bodohnya bila ia mengejar sesuatu yang belum pasti dan sangat membingungkan dirinya. Sebenarnya apa lagi yang ia butuhkan. Ia memiliki semuanya saat ini. Ia memiliki Romi kekasih yang sangat mencintainya dan lagi pula Romi sejauh ini selalu setia di sisinya. Kehidupan cintanya dengan Romi hampir nyaris sempurna. Layaknya pasangan di mabuk asmara yang selalu bertambah cintanya setiap waktu. Jarang sekali terjadi selisih paham di antara mereka.
Kurang layak bila Juli menghancurkan semua yang ada dalam sekejap mata dan menggantikannya dengan ketidak pastian yang sangat jauh di mata. Terlalu egois bila ia meneruskan semua ini, membiarkan dirinya terombang-ambing dan tidak menentu. Dia juga harus memikirkan perasaan Romi yang mungkin hancur karena Romi yang begitu mencintainya dan selalu setia disisinya selama ini. Tak Terbayang bila Romi mengetahui semua yang terjadi.
***
Juli terus menguatkan dirinya, mencoba bangkit dan melupakan pertemuan itu. Mungkin terdengar gila, terasa berlebihan dengan apa yang Juli alami. Begitulah adanya, begitulah cinta yang mudah datang dan pergi begitu saja sesuka hatinya. Menghinggapi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Bagaikan Jalangkung yang datang tak dijemput pulang tak diantar. Terasa begitu mengerikan bila waktunya kurang tepat dan begitu indah bila waktunya sangat tepat. Tanpa mengenal logika mengaduk akal sehat setiap makhluk yang dihinggapinya. Peraturannya cinta tak pernah salah apapun bentuknya, kapanpun terjadinya. Cinta adalah anugrah yang indah yang tidak pernah memilih dan dipilih. Ia datang sesuka hatinya siap menghinggapi dan mengubah apapun seperti yang Juli alami.
***
Malam ini Juli tidak bisa memejamkan matanya, besok siang Jefri akan kembali ke negri paman Sam. Jefri akan pergi dengan membawa hati Juli. Membawanya ke negri nun jauh di sana yang akan membuat Juli nantinya seperti raga tanpa jiwa, hampa. Juli benar-benar merasa galau dibuatnya. Sempat terbersit pikiran untuk menyusul Jefri ke bandara besok siang. Hanya untuk melihat Jefri pergi , sekali pun hanya dari kejauhan sudah cukup buat Juli. Mungkin dengan begitu juli dapat dengan mudah melepaskan dan sekaligus melupakan Jefri.
Melihat Jefri pergi mungkin bisa dibilang sebagai simbol melepaskan semua perasaannya. Biar semua perasaannya pergi bersama Jefri yang mungkin tak akan dapat ia jumpai lagi. Ada juga terbersit pikiran nakal, mungkin bila ia benar-benar menyusul Jefri ke bandara besok semuanya akan berakhir seperti adegan saat Cinta mengejar Rangga di bandara dalam film Ada Apa Dengan Cinta?. Kalau tidak salah adegan itu diakhiri dengan kecupan hangat dari Rangga untuk Cinta. Juli beberapa kali membayangkannya dan memposisikan dirinya seperti adegan tersebut.
Juli juga sudah melihat-lihat jadwal penerbangan besok pagi tanggal 20 Agustus 2010 dari Yogyakarta menuju Ibu Kota. Rencananya ia akan terbang dengan penerbangan pagi dan segera kembali setelah pesawat Jefri take off. Namun kenyataannya kini Juli terbaring lemas di tempat tidurnya dengan suhu badan 39C dan terjaga memikirkan Jefri.
***
Jarum jam sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Terlihat Jefri masih on line diyahoo messengernya nampak di layar blackberry Juli. Seketika terlintas dalam pikiran Juli untuk menyapa Jefri sekedar memberikan ucapan perpisahan dan penyesalannya atas apa yang terjadi. Tanpa memikirkan Jefri masih terjaga atau sudah terlelap. Biarpun Jefri sudah terlelap toh saat bangun Jefri pasti melihat pesannya besok pagi. Juli sempata bingung apa yang harus ia tuliskan. Sampai akhirnya ia mendapatkan rangkaian kata yang cukup bisa mewakilkanpenyesalan sekaligus salam perpisahan.
Send...
***
Hanya beberapa jam Juli bisa memejamkan matanya. Saat ia terbangun pagi ini jam menunjukkan pukul 07.00 . Ia belum mendapatkan balasan dari Jefri setelah pesan perpisahan yang ia kirimkan tadi malam. Jefri masih nampak on line, Juli mencoba untuk tidak berharap banyak pesannya akan dibalas meskipun sebenarnyaia sangat mengharapkannya. Masih beberapa jam lagi sebelum Jefri benar-benar berangkat. Juli masih memiliki kesempatan bila ingin segera terbang ke ibu kota menyusul Jefri di bandara. Waktu yang di tempuh cukup singkat bila ia memang bener-bener akan terbang pagi ini. Kurang dari 60 menit kira-kira waktu yang di butuhkan bila menggunakan pesawat dan lagi pula masih ada dua penerbangan ke ibu kota pagi ini sebelum jam 12 siang.
Seolah-olah badan Juli menolaknya untuk bangkit dari tempat tidur. Juli masih tergolek lemas dengan suhu banda yg sedikit menurun dari tadi malam, suhuba dannya kini 37,5C. Rasanya berat sekali untuk bangun dari tempat tidurnya. Juli pun pasrah dan kembali mencoba untuk tidur. Suhu badan yang belum benar-benar kembali ke titik normal memaksanya untuk memejamkan mata. Sejenak mengalihkan pikirannya dari ke berangkatan Jefri siang ini.
***
Cukup lama Juli tertidur. Saat ia bangun waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 . Satu jaml agi kurang lebih pesawat Jefri akan take off dan tetap saja masih belum ada balasan darinya. Juli berpikir mungkin pesannya itu terbaca seperti tidak membutuhkan balasan, atau mungkin Jefri tidak ingin membalasnya sama sekali.
Juli mencoba menghilangkan pikiran-pikirannya yang terus saja datang. Begitu penting balasan Jefri untuknya. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Jefri untuk tidak membalas pesan Juli, Jefri tahu Juli menanti balasannya dan bila Jefri membalasnya itu akan sama saja dengan memberikan Juli harapan untuk menunggunya.
Waktu terus berputar mendekati jam keberangkatan pesawat yang akan membawa Jefri menjauhdari kehidupan Juli. Juli semakin galau dan ia masih tergolek di tempat tidurnya. Sudah waktunya pikir Juli. Namun mengapa Jefri masih nampak on line. Juli melihat jam yang menunjukkan pukul 14. 20 . Pesawat Jefri take off pukul 14: 15 sesuai jadwal yang ia lihat. Bukankah seharusnya Jefri sekarang berada di dalam pesawat dan mematikan handphonenya hingga sampai ke tempat tujuan.
Juli mencoba mengecek jadwal keberangkatan pesawat yang Jefri naiki. Ia yakin benar saat pertemuan dengan Jefri yang sangat berkesan itu Juli sempat menanyakan tanggal keberangkatan Jefri dan Jefri menjawab tanggal 20 Agustus. Jefri juga sempat bilang ia akan menggunakan maskapai penerbangan Eva Air yang menurutnya memiliki rute paling singkat yaitu Jakarta-Taipe-Seattle. Juli pun sudah mengecek berulang kali jadwal keberangkatan tanggal 20 Agustus menuju Seattle hanya ada satu penerbangan yakni pukul 14.15 dengan menggunakan no pesawat BR 0238.
Mengapa Jefri masih terlihat on line? Mungkinkah pesawatnya delay? Kemungkinan ini cukup besar terjadi. Berarti masih ada kesempatan mendapatkan balasan pikir Juli sedikit menghibur hatinya. Walau hal itu buru-buru ia hilangkan dari pikirannya. Jefri tidak akan membalas pesannya. Itu yang ia tanamkan dalampikirannya.
***
Hingga malam harinya Jefri masih saja tampak online. Juli kembali bertanya-tanya, jangan-jangan bukan karena pesawatnya delay tapi mungkin saja sebelum berangkat ke bandara Jefri sempat on line melalui komputer rumahnya dan lupa mematikannya sehingga hingga kini Jefri masih terlihat on line. Mengapa hal itu baru terpikir oleh Juli. Lagi pula cuaca saat ini baik-baik saja tidak ada yang bisa dijadikan alasan delay yang cukup lama. Bila Jefri berbohong tentang keberangkatannya rasanya tidak tidak ada alasan yang cukup kuat menjelaskannya. Mungkin saja keberangkatan Jefri di tunda. Begitu kira-kirapi kiran-pikiran yang terus berkembang di kepala Juli saat ini.
***
Juli memutuskan untuk pergi ke dokter malam itu. Suhu badannya belum juga kembali normal dan badannya semakin lemas karena nafsu makannya juga berkurang. Juli kedokter di temani Erman sahabat baiknya. Erman yang dihubungi Juli segeramenjeputnya saat mengetahui keadaan Juli.
Saat sedang menunggu antrian Juli kembali membukayahoo messegernya melalui blackberry . Jefri tampak tidak on line. Akunnya tidak menyala seperti biasanya. Juli mencoba menutup matanya dan bersandar di bahu Erman. Tiba-tiba saja air matanya jatuh perlahan membasahi pipinya. Juli merasa sudah cukup semuanya. Betapa bodohnya dia dengan semua ini. Betapa kesepiannya dia selama ini.
Erman yang mengetahui Juli tiba-tiba menangis mendadak saja panik. Erman memang tidak bisa melihat wanita menangis. Ia akan sangat bingung karena tidak tahu bagaimana cara menghadapinya apa lagi Juli menangis saat mereka sedang duduk dalam antrian di ruang praktik dokter.
Erman mencoba merasakan suhu badan Juli yang bertambah panas. Erman berpikir Juli menangis karena tidak bisa menahan sakit yang sedang ia rasakan kini. Padahal lebih dari itu yang dirasakan Juli. Juli menangisi dirinya sendiri. Dirinya yang begitu bodoh menganggap Jefri masih ada. Ya pertemuannya dengan Jefri sesungguhnya tidaklah nyata. Jefri memang teman Juli semasa sma dulu dantentang perasaan Juli memang benar adanya.
Waktu itu Juli yang merasa jenuh dengan hubangan asmaranya dengan Romi tiba-tiba saja teringat dengan Jefri. Seperti sekarang seharusnya yang menemani Juli bukan lah Erman tetapi Romi yang seharusnya ada d sini menemaninya. Juli yang kesepian karena Romi sibuk dengan dunianya dan susah sekali di hubungi akhir-akhir ini mencoba menghibur dirinya dengan mendatangkan bayangan Jefri kembali di kehidupannya. Membuat Jefri masih benar-benar ada di dekatnya. Mencoba membuat Jefri mengetahui perasaaanya walau hanya dalam hayalan semata. Walau nyatanya bayangan Jefri semakin membuatnya merasa kesepian.
Tiga tahun lalu tepatnya lima hari setelah pesta prom night Juli mendapat kabar kecelakaan yang merenggut nyawa Jefri. Tanggal 20 Agustus 2007 Jefri seharusnya berangkat ke Seattle uantuk memulai kuliahnya di sana. Tapi naas kendaraan yang membawa Jefri ke bandara mengalami kecelakaan hebat dan menewaskan Jefri.
Di sudut hati Juli yang terdalam kini terdengar sayup-sayup lirik lagu dari She & Him - Take It back.
Cilacap, 16 - 21 Agustus 2010
Melihat Jefri pergi mungkin bisa dibilang sebagai simbol melepaskan semua perasaannya. Biar semua perasaannya pergi bersama Jefri yang mungkin tak akan dapat ia jumpai lagi. Ada juga terbersit pikiran nakal, mungkin bila ia benar-benar menyusul Jefri ke bandara besok semuanya akan berakhir seperti adegan saat Cinta mengejar Rangga di bandara dalam film Ada Apa Dengan Cinta?. Kalau tidak salah adegan itu diakhiri dengan kecupan hangat dari Rangga untuk Cinta. Juli beberapa kali membayangkannya dan memposisikan dirinya seperti adegan tersebut.
Juli juga sudah melihat-lihat jadwal penerbangan besok pagi tanggal 20 Agustus 2010 dari Yogyakarta menuju Ibu Kota. Rencananya ia akan terbang dengan penerbangan pagi dan segera kembali setelah pesawat Jefri take off. Namun kenyataannya kini Juli terbaring lemas di tempat tidurnya dengan suhu badan 39C dan terjaga memikirkan Jefri.
***
Jarum jam sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Terlihat Jefri masih on line di
Jefri, gw minta maaf klo pernyataan gw yang waktu itu bikin lo ga nyaman atau marah sama gw. Gw cuma coba jujur apa yang gw rasain ke lo dari dulu pas kita masih sma sampe sekarang. Klo lo ga suka, lo boleh lupain, anggep gw ga pernah ngomong gitu sama lo. Sekali lagi gw minta maaf... .Oiya, lo baik-baik ya di sana, jangan lupa solat, jangan merokok, belajar yang bener biar cepet lulus gw doain yang terbaik buat lo. :)
Send...
***
Hanya beberapa jam Juli bisa memejamkan matanya. Saat ia terbangun pagi ini jam menunjukkan pukul 07.00 . Ia belum mendapatkan balasan dari Jefri setelah pesan perpisahan yang ia kirimkan tadi malam. Jefri masih nampak on line, Juli mencoba untuk tidak berharap banyak pesannya akan dibalas meskipun sebenarnyaia sangat mengharapkannya. Masih beberapa jam lagi sebelum Jefri benar-benar berangkat. Juli masih memiliki kesempatan bila ingin segera terbang ke ibu kota menyusul Jefri di bandara. Waktu yang di tempuh cukup singkat bila ia memang bener-bener akan terbang pagi ini. Kurang dari 60 menit kira-kira waktu yang di butuhkan bila menggunakan pesawat dan lagi pula masih ada dua penerbangan ke ibu kota pagi ini sebelum jam 12 siang.
Seolah-olah badan Juli menolaknya untuk bangkit dari tempat tidur. Juli masih tergolek lemas dengan suhu banda yg sedikit menurun dari tadi malam, suhuba dannya kini 37,5C. Rasanya berat sekali untuk bangun dari tempat tidurnya. Juli pun pasrah dan kembali mencoba untuk tidur. Suhu badan yang belum benar-benar kembali ke titik normal memaksanya untuk memejamkan mata. Sejenak mengalihkan pikirannya dari ke berangkatan Jefri siang ini.
***
Cukup lama Juli tertidur. Saat ia bangun waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 . Satu jaml agi kurang lebih pesawat Jefri akan take off dan tetap saja masih belum ada balasan darinya. Juli berpikir mungkin pesannya itu terbaca seperti tidak membutuhkan balasan, atau mungkin Jefri tidak ingin membalasnya sama sekali.
Juli mencoba menghilangkan pikiran-pikirannya yang terus saja datang. Begitu penting balasan Jefri untuknya. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Jefri untuk tidak membalas pesan Juli, Jefri tahu Juli menanti balasannya dan bila Jefri membalasnya itu akan sama saja dengan memberikan Juli harapan untuk menunggunya.
Waktu terus berputar mendekati jam keberangkatan pesawat yang akan membawa Jefri menjauhdari kehidupan Juli. Juli semakin galau dan ia masih tergolek di tempat tidurnya. Sudah waktunya pikir Juli. Namun mengapa Jefri masih nampak on line. Juli melihat jam yang menunjukkan pukul 14. 20 . Pesawat Jefri take off pukul 14: 15 sesuai jadwal yang ia lihat. Bukankah seharusnya Jefri sekarang berada di dalam pesawat dan mematikan handphonenya hingga sampai ke tempat tujuan.
Juli mencoba mengecek jadwal keberangkatan pesawat yang Jefri naiki. Ia yakin benar saat pertemuan dengan Jefri yang sangat berkesan itu Juli sempat menanyakan tanggal keberangkatan Jefri dan Jefri menjawab tanggal 20 Agustus. Jefri juga sempat bilang ia akan menggunakan maskapai penerbangan Eva Air yang menurutnya memiliki rute paling singkat yaitu Jakarta-Taipe-Seattle. Juli pun sudah mengecek berulang kali jadwal keberangkatan tanggal 20 Agustus menuju Seattle hanya ada satu penerbangan yakni pukul 14.15 dengan menggunakan no pesawat BR 0238.
Mengapa Jefri masih terlihat on line? Mungkinkah pesawatnya delay? Kemungkinan ini cukup besar terjadi. Berarti masih ada kesempatan mendapatkan balasan pikir Juli sedikit menghibur hatinya. Walau hal itu buru-buru ia hilangkan dari pikirannya. Jefri tidak akan membalas pesannya. Itu yang ia tanamkan dalampikirannya.
***
Hingga malam harinya Jefri masih saja tampak online. Juli kembali bertanya-tanya, jangan-jangan bukan karena pesawatnya delay tapi mungkin saja sebelum berangkat ke bandara Jefri sempat on line melalui komputer rumahnya dan lupa mematikannya sehingga hingga kini Jefri masih terlihat on line. Mengapa hal itu baru terpikir oleh Juli. Lagi pula cuaca saat ini baik-baik saja tidak ada yang bisa dijadikan alasan delay yang cukup lama. Bila Jefri berbohong tentang keberangkatannya rasanya tidak tidak ada alasan yang cukup kuat menjelaskannya. Mungkin saja keberangkatan Jefri di tunda. Begitu kira-kirapi kiran-pikiran yang terus berkembang di kepala Juli saat ini.
***
Juli memutuskan untuk pergi ke dokter malam itu. Suhu badannya belum juga kembali normal dan badannya semakin lemas karena nafsu makannya juga berkurang. Juli kedokter di temani Erman sahabat baiknya. Erman yang dihubungi Juli segeramenjeputnya saat mengetahui keadaan Juli.
Saat sedang menunggu antrian Juli kembali membuka
Erman yang mengetahui Juli tiba-tiba menangis mendadak saja panik. Erman memang tidak bisa melihat wanita menangis. Ia akan sangat bingung karena tidak tahu bagaimana cara menghadapinya apa lagi Juli menangis saat mereka sedang duduk dalam antrian di ruang praktik dokter.
"Lo kenapanangis Jul...sakit banget y? Tunggu bentar lagi ya..." Seru Erman mencobamenenangkan Juli.
Erman mencoba merasakan suhu badan Juli yang bertambah panas. Erman berpikir Juli menangis karena tidak bisa menahan sakit yang sedang ia rasakan kini. Padahal lebih dari itu yang dirasakan Juli. Juli menangisi dirinya sendiri. Dirinya yang begitu bodoh menganggap Jefri masih ada. Ya pertemuannya dengan Jefri sesungguhnya tidaklah nyata. Jefri memang teman Juli semasa sma dulu dantentang perasaan Juli memang benar adanya.
Waktu itu Juli yang merasa jenuh dengan hubangan asmaranya dengan Romi tiba-tiba saja teringat dengan Jefri. Seperti sekarang seharusnya yang menemani Juli bukan lah Erman tetapi Romi yang seharusnya ada d sini menemaninya. Juli yang kesepian karena Romi sibuk dengan dunianya dan susah sekali di hubungi akhir-akhir ini mencoba menghibur dirinya dengan mendatangkan bayangan Jefri kembali di kehidupannya. Membuat Jefri masih benar-benar ada di dekatnya. Mencoba membuat Jefri mengetahui perasaaanya walau hanya dalam hayalan semata. Walau nyatanya bayangan Jefri semakin membuatnya merasa kesepian.
Tiga tahun lalu tepatnya lima hari setelah pesta prom night Juli mendapat kabar kecelakaan yang merenggut nyawa Jefri. Tanggal 20 Agustus 2007 Jefri seharusnya berangkat ke Seattle uantuk memulai kuliahnya di sana. Tapi naas kendaraan yang membawa Jefri ke bandara mengalami kecelakaan hebat dan menewaskan Jefri.
Di sudut hati Juli yang terdalam kini terdengar sayup-sayup lirik lagu dari She & Him - Take It back.
Take it back***
Oh, take it back
I don't want your lovin', anymore
Let me live
Oh, let me live
It's not you who I sank for
So, don't sit next to me
Sit by yourself
I don't wanna' wonder whether you love me
I don't wanna' wonder whether you care
So, don't try to woo me
Don't try to fool me
Oh, I know all of your tricks
It's a possibility, you'll stand in my corner
Cilacap, 16 - 21 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar